Perjalanan berlanjut ke Waikaraba, Sumba Tengah. Di sana, kami bertemu Ibu Eli, pengurus lokal yang mendampingi 11 anak binaan—8 di antaranya siswa SD, dan 3 lainnya siswa SMP. Saat kami tiba, anak-anak dan beberapa orang tua tengah berkumpul untuk menerima dana bantuan dari program Adopt-A-Child.

Lalu kami meliput kisah anak yang tinggal di kampung adat bersama orang tua yang bekerja sebagai petani kecil. Kami melihat kenyataan bahwa masih banyak daerah di pelosok Indonesia yang belum punya akses air bersih. Anak ini harus berjalan sejauh 1 km ke dalam hutan, membawa 2 jerigen untuk diisi di mata air. Air itu pun belum layak konsumsi dan harus dimasak terlebih dahulu.

Di banyak kampung adat di Sumba, kayu bakar masih menjadi sumber utama untuk memasak. Sepulang sekolah, anak-anak Adopt-A-Child turut membantu pekerjaan rumah seperti mencari kayu, mengambil air, memasak, dan membersihkan rumah. Karena kondisi ekonomi keluarga yang terbatas, mereka tak mampu membiayai pendidikan anak-anak tanpa bantuan. Program Adopt-A-Child pun menjadi titik balik yang membawa harapan dan perubahan nyata bagi mereka.

Masih banyak anak di daerah pelosok Indonesia yang mengantri untuk mendapatkan bantuan dana dari program Adopt-A-Child. Mari menjadi pemberi semangat untuk mereka bisa mencapai masa depan lebih baik melalui pendidikan. Silahkan mengisi form dibawah ini untuk bersama menjadi Generasi Peduli https://generasipeduli.org/form-aac/