Di Desa Mangili, Waingapu — sebuah daerah kecil di Sumba Timur — berdirilah sebuah rumah petak sederhana berukuran 2×3 meter. Hanya ada sebuah kasur tipis dan lemari kecil di dalamnya. Rumah itu berdiri tepat di pinggir jalan raya, tanpa pagar, tanpa sekat, namun di situlah Quin, seorang anak perempuan, tinggal bersama ayah dan kakak laki-lakinya.
Rumah mereka tidak memiliki kamar mandi. Setiap kali ingin mandi atau buang air, Quin harus berjalan ke rumah tetangga di belakang yang berbaik hati memberi tumpangan. Di samping rumah utama, terdapat satu ruang tambahan kecil yang difungsikan sebagai dapur sekaligus tempat menyimpan barang-barang keluarga.
Dalam banyak hal, hidup Quin dikelilingi keterbatasan. Tapi ada sesuatu yang tak terbatas dalam dirinya: semangat belajar dan harapan.
Setiap pagi, Quin berangkat ke sekolah dengan semangat diantar naik motor oleh ayahnya. Dia sekolah dia adalah anak yang rajin, tekun, dan selalu membawa pulang nilai-nilai yang membanggakan. Di rumah, ia membantu menyapu, membereskan tempat tidur dan mencuci piring, tetap ceria meski lelah, dan tetap belajar walau tempat tinggal mereka hanya cukup untuk duduk berdampingan.
Quin punya mimpi besar. Ia ingin melanjutkan pendidikan, keluar dari lingkaran keterbatasan, dan suatu hari nanti bisa membantu ayahnya yang kini berjuang sendiri membesarkan dua anak.
Quin adalah salah satu anak yang didukung melalui program Adopt-A-Child oleh Yayasan Generasi Peduli Kabar Baik. Program ini bukan hanya soal memberikan beasiswa, tapi tentang membuka jalan bagi anak-anak seperti Quin — agar mimpi mereka tidak terhenti hanya karena keadaan.
Masih banyak anak di daerah pelosok Indonesia yang mengantri untuk mendapatkan bantuan dana dari program Adopt-A-Child. Mari menjadi pemberi semangat untuk mereka bisa mencapai masa depan lebih baik melalui pendidikan. Silahkan mengisi form dibawah ini untuk bersama menjadi Generasi Peduli https://generasipeduli.org/form-aac/